*Ibnu Abi Mulaikah*

*Ibnu Abi Mulaikah*
Malam Selasa (tadi malam) dapat tugas pj tadribur rowi fi taqrib al-nawawi Lil imam Jalaluddin al-suyuthi (w. 911) yang membahas tentang mengetahui rawi yg dinisbatkan kepada selain bapaknya. sangat unik para perawi hadis itu. Nama2nya banyak yg sama. Tidak jauh2 dari Abdullah, Muhammad, Abu Bakr, Umar, Amr, Ali, dll. Dinisbatkan nya pun kepada nama2 yang tidak jauh dari yang sudah saya sebutkan di atas. Nah, ini juga yang menjadikan salah satu kesulitan men-takhrij. Mencari biografinya, nama guru dan muridnya, rihlah ilmiahnya, serta jarh dan ta'dilnya perawi yang dimaksud. Mungkin sudah ketemu namanya tapi belum tentu orang yang dimaksudkan adalah orang itu. Harus dipastikan terlebih dahulu betul tidak guru dan muridnya. Nah lho, rumit kan? Lebih rumit dari pada kisah asmara. Ehh.
Maka penting mempelajari bab ini. Faidahnya adalah untuk menghindari banyaknya kesalahan persepsi terhadap nama yang dimaksud. Bab ini ada 4 bagian yaitu, pertama seseorang yang dinisbatkan kepada ibunya. Contohnya Mu'adz, mu'awwadz, dan 'audz, mereka bertiga dinisbatkan kepada ibunya yaitu 'Afra'. Jadi, Mu'adz bin 'Afra', mu'awwadz bin 'Afra', dan audz bin 'afra'. Sedangkan nama bapaknya adalah al-harist.
Kedua, seseorang yang dinisbatkan kepada neneknya. Contohnya, Basyir ibn al-khashashiyyah. Sedangkan nama bapaknya adalah ma'bad bin syarahyal bin saba' bin Dhabariy. Nah, Al-khashashiyyah ini adalah istrinya Dhabari.
Ketiga, seseorang yang dinisbatkan kepada orang lain (tidak ada hubungan kerabat) dikarenakan ada sebab. Contohnya al-miqdad bin Amr al-kindi. Beliau diberi nama ibn al-Assad. Kenapa dinisbatkan kepada nama al-Assad? Karena al-miqdad dibawah asuhan al-aswad yang kemudian diadopsi oleh al-aswad.
Keempat, seseorang yang dinisbatkan kepada kakeknya. Contohnya sahabat yang sangat masyhur yaitu Abu Ubaidah ibn al-jarrah. tau kan? beliau termasuk salah satu al-asyrah al-mubasysyarun bil Jannah (10 orang yang dijamin masuk surga). Sebetulnya nama beliau adalah Amir bin Abdullah bin al-jarrah. Tapi nama beliau yang masyhur adalah Abu Ubaidah ibn al-Jarrah. Al-Jarrah ini adalah kakeknya. Demikian juga Ahmad bin Hambal (salah satu imam madzhab fiqh), nama beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hambal, tapi beliau dinisbatkannya kepada kakeknya yaitu Hambal. Contoh yang lain adalah Ibnu Abi Mulaikah. Nama beliau adalah Abdullah bin Ubaidillah bin Abi Mulaikah.
Nama Ibnu Abi Mulaikah mengingatkan saya saat mengerjakan tugas akhir "takhrij wa dirasah". waktu itu saya meneliti tentang hadis " man qara'a ba'da shalat al-jum'at qul huwa Allahu Ahad wa qul a'udzu bi Rabbi al-falaq wa qul a'udzu bi Rabbi al-naas tsalatsa marrat a'adzahullahu min al-suu' ila al-jum'at al-ukhra". (Ini buat kaum laki-laki yang menjalankannya shalat Jum'at) Hadis tersebut diriwayatkan melalui 4 jalur. Kesemuanya tidak ada dalam kutubut tis'ah. Saya mendapati hadis2 tersebut hanya ada dalam kitab2 tasawwuf khususnya bab dzikir, seperti kitab amal al-yaum wa al-lailat li al-Imam ibn aa-sunniy (w. 364 H), ittihaf al-sadat Al-Muttaqin li al-imam al-zabidi, al-adzkar Al-Nawawi li al-imam Al-Nawawi, al-durr al-mantsur li al-imam al-suyuthi, dll. Langsung kepada nama tersebut. Salah satu sanadnya ada yg bernama Ibnu Abi Mulaikah. Saya mendapati dua redaksi yang berbeda dalam nama kitab yang sama namun berbeda cetakannya. Satu kitab tertulis Ibnu Abi Mulaikah, satu kitab yang lain tertulis Abdullah bin Ubaidillah bin Abi Mulaikah.
Dulu, sebelum sampai saya mempelajari bab ini, persepsi saya Abu Mulaikah adalah bapak dari Ubaidillah, sehingga orang yg dimaksud dalam sanad ini adalah Ubaidillah. Tetapi kenapa dalam redaksi yang lain ada Abdullah? Pertanyaannya, sebenarnya yang meriwayatkan itu Abdullah atau Ubaidillah? persoalannya adalah yang saya teliti adalah Abdullah atau Ubaidillah? dampaknya jika saya salah orang maka salah pula menghukumi sanadnya.
Sekali lagi saya katakan, dulu saya belum belajar tentang bab ini. Sehingga waktu itu saya memutuskan untuk mengambil nama yg lengkap. Alhamdulillah ternyata (feeling ini) tidak salah (kebetulan). saya pun tidak mendapat jawaban dari pembimbing atas kesulitan itu. Yang namanya belajar itu tidak akan sia-sia selama niatnya itu ditata. -Tetep ngaji masio ora mudeng2- 😉
#catatan kuliah pondok semester VIII jilid 2

Komentar