Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan
memiliki volume rata-rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah
terdiri dari tiga jenis elemen selular khusus yang membentuk suspensi dalam
cairan kompleks plasma, yaitu :
1. Eritrosit (sel darah merah)
2. Leukosit (sel darah putih)
3. Trombosit (keping darah)
Eritrosit dan leukosit adalah sel utuh, sementara trombosit
adalah fragmen/potongan sel.
Pergerakan
darah yang terus-menerus sewaktu darah mengalir melalui pembuluh darah
menyebabkan sel-sel darah relative tersebar merata di dalam plasma. Karena lebih dari 99% sel
adalah eritrosit, maka hematokrit, pada dasarnya mencerminkan persentase
eritrosit dalam volume darah total. Nilai hematokrit rata-rata pada wanita
adalah 42% dan pria sedikit lebih tinggi yaitu 45%. Plasma membentuk volume
sisanya. Karena itu, volume rata-rata plasma dalam darah adalah 58% untuk
wanita dan 55% untuk pria. Sel darah putih dan trombosit, yang tidak berwarna
dan kurang padat dibandingkan eritrosit, termampatkan dalam suatu lapisan tipis
berwarna krem yang dinamai “buffy coat”,
di atas kolom sel darah merah. Lapisan ini membentuk kurang dari 1% volume
darah total.
Sistem
hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk susmsum
tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ
lain karena berbentuk cairan.
Darah bersirkulasi di dalam sistem
vaskuler dan berperan sebagai penghubung antara organ tubuh, membawa oksigen
yang diabsorbsi oleh paru-paru dan nutrisi yang diabsorbsi oleh traktus gastrointestinal
ke sel tubuh untuk metabolisme sel.
Untuk menjalankan fungsinya, darah
harus tetap berada dalam keadaan cair normal. Karena berupa cairan, selalu
terdapat bahaya kehilangan darah dari sistem vaskuler akibat trauma. Untuk
mencegah bahaya ini, darah memiliki mekanisme pembekuan yang sangat peka yang
dapat diaktifkan setiap saat diperlukan untuk menyumbat kebocoran pada pembuluh
darah.
Pemebekuan yang berlebihan juga sama
bahayanya karena potensial menyumbat aliran darah ke jaringan vital. Untuk menghindari
komplikasi ini, tubuh memiliki mekanisme fibrinolitik yang kemudian akan
melarutkan bekuan yang terbentuk dalam pembuluh darah.
KASUS
Tn. J 25 tahun datang ke klinik dengan keluhan sering lemas, sesak nafas
jika berjalan agak jauh, terkadang mimisan. Hasil pengkajian ditemukan pasien
mengatakan tak ada DM, hypertensi, penyakit jantung, kesadaran compos mentis,
pucat, sclera anikterik, konjungtiva anemis, bunyi paru-paru vesikuler, bunyi
jantung S1/S2. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 7 gr/dL, eritrosit 4 x 10 6
/uL, hematokrit 21 %, leukosit 5 x 10
3/uL, trombosit 175 x 103/uL, neutrofil 600/uL, retikulosit 20.000 uL, TIBC 300 mcg/dL, coomb test
negatif, normocystic, pansitopenia.
2.1 Pengkajian:
DO:
·
Sering lemas
·
Sesak nafas jika berjalan agak jauh
·
Terkadang mimisan
DS:
Ø DM (-)
Ø Hipertensi (-)
Ø Penyakit jantung (-)
Ø Compos mentis
Ø Pucat
Ø Sklera anikterik
Ø Konjungtiva anemis
Ø Paru-paru vesikuler
Ø Jantung (s1/s2)
Ø Hasil pemeriksaan lab:
1. Hb 7 gr/dL
2. Eritrosit 4x106
/uL
3. Ht 21 %
4. Leukosit 5x103
/uL
5. Trombosit 175x103
/uL
6. Neutrofil 600 /uL
7. Retikulosit 2000 uL
8. TIBC 300 mg/dL
9. Coomb test (-)
10. Normocyctic
11. Pansitopenia
2.2 Istilah Asing
1. Hematokrit : persentase volume darah lengkap yang terdiri
dari eritrosit yang ditentukan setelah darah disentrifuse dalam sebuah tabung.
Nilai rerata hematokrit pada wanita adalah 42 % dan pria sedikit lebih tinggi
yaitu 45 %. Nilai lebih rendah dari normal ditemukan pada pasien anemia dan
gangguan ginjal tertentu, juga pada wanita hamil.
2. Hemoglobin : pigmen sel
darah merah yang mengandung zat besi. Molekul hemoglobin memiliki dua bagian :
1. Bagian globin, protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang
sangat berlipat-lipat; dan 2. Empat gugus besi yang dikenal dengan sebagai
gugus heme, dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida diatas. Hemoglobin
ini mempunyai kemampuan untuk mengikat 1 molekul O2 secara
reversibel pada masing-masing atom besi nya. Selain mampu mengikat O2,
ternyata hemoglobin juga mampu mengikat CO lebih kuat daripada O2.
3. Normositik : sel darah
merah yang ukurannya normal ( MCV 87-103 fL/sdm atau mm3/sdm). Selain normositik, berdasarkan ukuran
dan jumlah hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah juga ada beberapa
jenis yaitu : 1. Normokromik ( sel dengan jumlah hemoglobin normal); 2.
Mikrositik ( sel yang ukurannya terlalu kecil yakni MCV <87 mm3/sdm ); 3. Makrositik ( sel yang ukurannya
terlalu besar yakni MCV > 103 mm3/sdm); 4. Hipokromik ( sel yang jumlah
hemoglobinnya terlalu sedikit); dan 5. Hiperkromik ( sel yang jumlah
hemoglobinnya terlaku banyak.
4. Pansitopenia : pengurangan
semua elemen sel darah ( sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit).
5. Retikulosit : sel darah
merah imatur yang diproduksi oleh sumsum tulang sebagai bentuk siklus untuk
menggantikan sel darah marah yang sudah tua. Rerata normal dari retikulosit ini
adalah 0.5 % - 0.2 % dari RBCs. Jumlah yang tinggi dari retikulosit ini
mengindikasikan adanya perdarahan kronis, sedangkan penurunan retikulosit
mengindikasikan adanya ketidakadekuatan dalam produksi sel darah merah.
6. Epistaksis adalah hemoragi
dari hidung yang disebabkan oleh rupturnya pembuluh tipis yang mengalami
distensi pada membran mukosa. Ada dua macam epistaksis, yaitu epistaksis
anterior dan epistaksis posterior. Epistaksis anterior biasanya disebabkan
karna adanya trauma, adanya benda asing, dan mukosa hidung yang rapuh. Darah
yang keluar biasanya keluar dari pleksus Kiesselbach (arteri etmoidal anterior
pada bagian langit-langit rongga hidung). Epistaksis posterior biasanya
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, tumor darah, dan diskarias darah.
Darah yang keluar biasanya berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri
ethmoidalis posterior.
7. Sklera anikterik. Ikterus
adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lendir, kulit,
atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Jadi sklera anikterik adalah
kondisi dimana sklera mata tidak berwarna kuning atau dalam kondisi normal.
8. Konjungtiva anemis :
konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi permukaan bagian dalam
kelopak mata dan menutupi bagian depan sklera ( bagian putih mata ), kecuali
kornea. Jadi konjungtiva anemis adalah suatu keadaan dimana konjungtiva
seseorang pucat karna darah tidak sampai ke perifer yang bisa menjadi salah
satu tanda bahwa seseorang mengalami anemia.
9. Coomb Test : tes untuk
menentukan adanya imunoglobulin ( sebagai antibodi ) pada permukaan eritorsit (
uji Coomb langsung ) atau dalam plasma ( uji coomb tidak langsung). Untuk
membedakan tipe anemia hemolitik mendeteksi faktor Rh.
10. TIBC : kapasitas pengikatan
besi total. Nilai normal TIBC ini berkisar antara 250-460 mcg/dL. Peningkatan
TIBC ini mengindikasikan adanya kekurangan zat besi, sedangkan penurunan dari
TIBC mengindikasikan adanya kemungkinan anemia, hemoragi, hemolisis.
11. Compos Mentis : suatu
keadaan dimana seseorang mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respon
yang cukup terhadap stimulus yang diberikan. Status kesadaran yang lain adalah
Apatis ( bersikap acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya), somnolen (
memiliki kesadaran yang lebih rendah. Hal tersebut ditandai dengan anak tampak
mengantuk, selalu ingin tidur, tidak responsif terhadap rangsangan ringan, dan
masih memberikan respons terhadap rangsangan yang kuat), sopor ( anak tidak
memberikan respon ringan maupun sedang, tetapi masih membrikan respon sedikir
terhadap rangsangan yang kuat. Hal tersebut ditandai dengan adanya refleks
pupil terhadap cahaya yang masih positif), koma ( tidak dapat bereaksi terhadap
stimulus atau rangsangan apa pun. Refleks pupil terhadap cahaya tidak ada), dan
delirium ( disorientasi sangat iritatif, kacau, dan salah persepsi terhadap
rangsangan sensorik).
12. Suara paru vesikular :
suara paru normal. bunyi nada rendah, halus; inspirasi lebih keras dan lebih
tinggi dari ekspirasi; keduanya mempunyai kualitas desiran atau desau.
13. Bunyi jantung s1/s2 : yaitu
bunyi jantung normal. Bunyi jantung pertama ( s1) terjadi karena penutupan
katup mitral dan trikuspid secara bersamaan, dan bunyu jantung kedua ( s2)
dihasilknan oleh penutupan katup aorta dan pulmonalis.
14. Pucat : Air muka yang
berwarna putih pudar
15. Nilai-nilai normal :
a. Hemoglobin : umur 18-64
tahun ( wanita : 12-16 g/dL, pria : 14-18 g/dL), dan umur >64 tahun ( wanita
: 11.7 – 16.1 g/dL, pria : 12.6 – 17.4 g/dL)
b. Hematokrit : umur 18-64
tahun ( wanita : 37-47%, pria : 42-52 %), dan umur >64 tahun ( wanita :
35-47 %, pria : 37-51 %)
c. Eritrosit : umur 18-64
tahun ( wanita : 4.2-5.4 juta/mL, pria : 4.7-6.1 juta/mL), dan umur >64 tahun ( wanita : 3.8-5.2 juta / mL, pria : 3.8-5.8 juta /mL)
d. Leukosit : 5000-10.000/mL. peningkatan jumlah leukosit mengindikasikan adanya
infeksi, inflamasi, penyakit autoimun, dan leukimia. Sedangkan penurunan jumlah
leukosit mengindikasikan infeksi berkepanjangan atau supresi sumsum tulang.
e. Trombosit : 150.000-400.000
mm3. Peningkatan trombosit mengindikasikan adanya policitemia vera
atau malignancy. Sedangkan penurunan mengindikasikan adanya supresi bone
marrow, penyakit autoimun, hipersplenism.
f.
Neutrofil : 2500-7500/mL.
g. Retikulosit : 0.5 % - 0.2 %
dari RBCs
h. TIBC : 250-460 mcg/dL.
2.3 Pertanyaan-pertanyaan terkait kasus
Tn.J :
1. Apa yang menyebabkan Tn. J
sering lemas, sesak nafas jika berjalan agak jauh dan terkadang mimisan ?
2. Apa yang menyebabkan Tn. J
terlihat pucat dan konjungtiva anemis ?
3. Apa yang akan terjadi
apabila nilai Hb , Ht , Neutrofil, dan retikulosit rendah?
4. Apakah ada pengaruhnya
kadar Hb, Ht, Neutrofil yang menurun dengan penyakit hypertensi dan penyakit
jantung pada Tn.J ?
5. Mungkinkah sesak nafas pada
Tn. J dikarenakan adanya riwayat sakit
jantung ?
2.4 Brainstorming
1.
Tuan J merasa lemas dan sesak napas jika berjalan agak
jauh dikarenakan terjadi penurunan kapasitas pembawa oksigen yakni Hb
(hemoglobin), sehingga oksigen yang diinspirasi tidak memenuhi kebutuhan tubuh
terutama pada saat beraktivitas, hal ini disebut hipoksia.
Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat
pada tingkat jaringan. (Potter & Perry, 2005). Tanda dan gejala
hipoksia yang sesuai dengan kasus diantaranya peningkatan keletihan (lemas) dan
dispnea. Dispnea merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan
sesak napas. (Potter & Perry, 2005).
Sedangkan untuk masalah mimisan atau epistaksis kelompok kami
berpendapat, hal ini terjadi karena trombositopenia yang terkadang terjadi pada
Tn. J. Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari
100.000/mm3 (100.000/µL). (Price & Wilson, 2005). Walaupun pada kasus
pemeriksaan trombosit normal, namun hal ini bisa terjadi perubahan jumlah
trombosit pada waktu yang berbeda. Trombosit tetap berfungsi rata-rata selama
10 hari, setelah itu akan dibersihkan dari sirkulasi oleh makrofag jaringan
terutama terdapat dalam limpa dan hati. (Sherwood, 2011). Trombosit merupakan salah satu faktor
pembekuan darah, sehingga jika jumlahnya kurang dari normal maka proses pembekuan
darah pun akan terganggu. Tanda dan gejala defisiensi trombosit salah satunya
adalah epistaksis (perdarahan hidung). (Price & Wilson, 2005)
2.
Pucat merupakan salah satu tanda dan gejala terjadinya hipoksia.
Sedangkan konjungtiva anemis merupakan tanda terjadinya anemia.
3.
·
Jika nilai Hb rendah maka akan mempengaruhi trasport
oksigen sekaligus transpor CO2 serta keseimbangan pH tubuh. Nilai normal Hemoglobin : umur 18-64 tahun ( wanita : 12-16 g/dL, pria :
14-18 g/dL), dan umur >64 tahun ( wanita : 11.7 – 16.1 g/dL, pria : 12.6 –
17.4 g/dL).
·
Sedangakan hematokrit adalah persentase eritrosit dalam
darah lengkap. Nilai normal hematokrit
: umur 18-64 tahun ( wanita : 37-47%, pria : 42-52 %), dan umur >64 tahun (
wanita : 35-47 %, pria : 37-51 %). Perubahan persentase hematokrit mengidikasikan
perubahan eritrosit, pada anemia hematokrit lebih rendah daripada normal.
·
Jika nilai neutrofil di bawah nilai normal maka tubuh akan mudah diinvasi
oleh bakteri. Neutrofil merupakan spesialis fagositik, para ilmuan baru-baru
ini menemukan bahwa neutrofil mengeluarkan suatu jaringan serat ekstrasel yang
dinamai neutrophil extracelluler traps (NETS),
serat-serat ini mengandung bahan kimia pemusnah bakteri, memungkinkan NET
menjerat lalu menghancurkan bakteri di luar sel. Karena itu, neutrofil dapat
membunuh bakteri di luar sel dengan fagositosis maupun ekstrasel dengan NET
yang dikeluarkannya. (Sherwood, 2011)
·
Retikulosit menggambarkan aktvitas sumsum tulang.
Retikulosit adalah suatu eritrosit imatur tidak berinti yang mengandung sisa
RNA dalam sitoplasmanya. Sisa RNA menghilang dalam satu atau dua hari pertama
setelah berada di luar sumsum tulang, dan sel itu menjadi eritrosit matang.
Penurunan atau tidak adanya retikulosit menunjukkan adanya kegagalan sumsum
tulang, sehingga mempengaruhi produksi eritrosit.
4.
Menurut kami dengan menurunnya Ht, Hb, dan neutrofil
tidak terjadi hipertensi. Justru dengan penurunan Ht dan Hb tekanan darah akan
menurun (hypotensi) dikarenakan visikositas (kekentalan) darah lebih rendah.,
sedangkan neutrofil tidak mempengaruhi tekanan darah. Namun dengan penurunan
ketiga komponen tadi dapat mempengaruhi jantung, sebagai akibat kekurangan
aliran oksigen untuk metabolisme sel jantung, yang mempengaruhi kerja jantung.
5.
Sesak napas pada Tn. J bukan karena riwayat penyakit
jantung tetapi karena hipoksia akibat anemia aplastik.
2.5 Patofisiologi (terlampir)
2.6 Pembahasan Anemia Aplastik
2.6.1 Definsi Anemia
Aplastik
Anemia
aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa pada sel induk di sumsum
tulang, yang sel-sel darahnya diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi.
Anemia aplastik dapat kongenital, idiopatik (penyebabnya tidak diketahui), atau
sekunder akibat penyebab-penyebab industri atau virus (Hoffbrand, Pettit, 1993
dalam Price, 2005). Berbagai macam infeksi dan
kehamilan dapat mencetuskannya; atau dapat pula disebabkan oleh obat, bahan
kimia, atau kerusakan radiasi.
Individu dengan anemia aplastik
mengalami pansitopenia (kekurangan semua jenis sel-sel darah). Secara
morfologis, sel darah merah terlihat normositik dan normokromik, jumlah
retikulosit rendah atau tidak ada, dan biopsi sumsum tulang menunjukkan keadaan
yang disebut “pungsi kering” dengan hipoplasia nyata dan penggantian
dengan jaringan lemak. Pada sumsum
tulang tidak dijumpai sel-sel abnormal.
Sumsum tulang yang terus terpajan
dengan bahan toksik dapat menyebabkan dekstruksi dan hipoplasia sumsum tulang
muncul sehingga depresi sumsum tulang akan berkembang sampai titik di mana
terjadi kegagalan sempurna dan irreversibel, disinilah pentingnya pemeriksaan
angka darah sesering mungkin pada pasien yang mendapat pengobatan atau terpajan
secara teratur pada bahan kimia yang dapat menyebabkan anemia aplastik.
Proses destruktif dapat secara selektif
mengurangi produksi eritrosit sumum tulang, atau mungkin juga menurunkan
kemampuan sumsum tulang menghasilkan leukosit dan trombosit. Keparahan anemia
bergantung pada luas kerusakan jaringan eritropoietik; kerusakan yang luas
dapat mematikan.
2.6.2 Etiologi
Anemia aplastik disebabkan
oleh kegagalan sumsum tulang menghasilkan cukup sel darah merah, meskipun semua
bahan yang dibutuhkan untuk eritropoiesis tersedia. Berkurangnya kemampuan
eritropoiesis dapat disebabkan oleh destruksi sumsum tulang merah oleh berbagai
faktor.
Anemia aplastik dapat secara koginetal,
idiopatik (penyebabnya tidak diketahui), dan sekunder. Penyebab-penyebab
sekunder anemia aplastik (sementara atau permanen) meliputi :
1. Lupus eritematosus sistemik
yang berbasis autoimun
2. Agen antineoplastik atau
sitotoksik
3. Terapi radiasi
4. Antibiotik tertentu
5. Berbagai obat seperti
antikonvulsan, obat-obat tiroid, senyawa emas, dan fenilbutazon
6. Zat-zat kimia seperti
benzen, pelarut organik, dan insektisida (agen yang diyakini merusak sumsum
tulang secara langsung)
7. Penyakit-penyakit virus
seperti mononukleosis infeksiosa dan human immunodeficiency virus (HIV); anemia
aplastik setelah hepatitis virus terutama berat dan cenderung fatal.
2.6.3 Manfestasi
klinis
Awitan anemia aplastik
biasnya khas yaitu bertahap, ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak napas pada
saat latihan, dan manifestasi anemia lainnya. Perdarahan abnormal akibat
trombositopenia merupakan gejala satu-satunya pada sepertiga pasien. Apabila
granulosit juga terlibat, pasien biasanya mengalami demam, faringitis akut,
atau berbagai bentuk lain sepsis dan perdarahan. Tanda fisik selain pucat dan
perdarahan kulit, biasanya tidak jelas. Pemeriksaan hitung darah menunjukkan
adanya defisiensi sel darah (pansitopenia). Sel darah normositik dan
normokromik, artinya ukuran dan warnanya normal.
Kompleks gejala anemia
aplastik disebabkan oleh derajat pansitopenia. Tanda dan gejala meliputi
anemia, disertai kelelahan, kelemahan, dan napas pendek saat latihan fisik.
Tanda dan gejala lain diakibatkan oleh defisiensi trombosit dan sel-sel darah
putih. Defisiensi trombosit dapat menyebabkan (1) ekimosis dan petekie
(perdarahan di dalam kulit), (2) epistaksis (perdarahan hidung), (3) perdarahan
saluran cerna, (4)perdarahan saluran kemih dan kelamin, (5) perdarahan sistem
saraf pusat. Defiiensi sel darah putih meningkatkan kerentanan dan keparahan
infeksi, termasuk infeksi bakteri, virus, dan jamur.
2.7 Pemeriksaan
Penunjang
2.7.1
Pemeriksaan Fisik
Tujuan utamanya adalah menemukan tanda
keterlibatan organ atau multisistem
dan untuk menilai beratnya kondisi penderita. Pemeriksaan fisik perlu
memperhatikan :
§ Adanya takikardia, dispnea,
hipotensi postural.
§ Pucat: sensitivitas dan
spesifisitas untuk pucat pada telapak tangan, kuku, wajah atau konjungtiva
sebagai prediktor anemia bervariasi antara 19-70% dan 70-100%.
§ Ikterus: menunjukkan
kemungkinan adanya anemia hemolitik. Ikterus sering sulit dideteksi di ruangan
dengan cahaya lampu artifisial.
§ Penonjolan tulang
frontoparietal, maksila (facies rodent/chipmunk) pada talasemia.
§ Lidah licin (atrofi papil)
pada anemia defisiensi Fe.
§ Limfadenopati, hepatosplenomegali,
nyeri tulang (terutama di sternum); nyeri tulang dapat disebabkan oleh adanya
ekspansi karena penyakit infiltratif (seperti pada leukemia mielositik kronik),
lesilitik ( pada mieloma multipel atau metastasis kanker).
§ Petekhie, ekimosis, dan
perdarahan lain.
§ Kuku rapuh, cekung (spoon
nail) pada anemia defisiensi Fe.
§ Ulkus rekuren di kaki
(penyakit sickle cell, sferositosis herediter, anemia sideroblastik familial).
§ Infeksi rekuren karena
neutropenia atau def siensi imun.
2.7.2 Pemeriksaan laboratorium
§ Bone marrow examination
Pada
Aspirasi dan Biopsi pada Bone Marrow, akan ditemukan kadar lemak meningkat,
sedangkan Eritropoesis, Haematopoisis yang menurun dari biasanya. Pemeriksaan
sumsum tulang akan menunjukkan secara tepat
jenis dan jumlah sel
dari sumsum tulang yang sudah
ditandai, level dari sel-sel
muda pada sumsum tulang
(sel darah putih
yang imatur) dan kerusakan
kromosom (DNA) pada sel-sel
dari sumsum tulang.
§ Liver function tests and viral studies
Pada
pemiksaan hati, sebenarnya untuk mengetahui apakah anamia aplastik ini
disebabkan oleh virus yang menyerang hati seperti hepatitis.
§ Vitamin B12 and folate leveL
Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk membedakan antara anemia megaloblastik dan anemia
aplastik. Karena pada anemia aplastik tidak terjadi penurunan B12 dan Kadar
Folat.
§ Complete blood count (CBC)
: CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit, ukuran
eritrosit, dan hitung jumlah leukosit. Pada beberapa laboratorium, pemeriksaan
trombosit, hitung jenis, dan retikulosit harus ditambahkan dalam permintaan
pemeriksaan (tidak rutin diperiksa).
§ Pemeriksaan morfologi
apusan darah tepi harus dievaluasi dengan baik. Beberapa kelainan darah tidak
dapat dideteksi dengan automated blood counter.
§ Sel darah merah berinti
(normoblas) : Pada keadaan normal, normoblas tidak ditemukan dalam sirkulasi.
Normoblas dapat ditemukan pada penderita dengan kelainan hematologis (penyakit
sickle cell, talasemia, anemia hemolitik lain) atau merupakan bagian dari
gambaran lekoeritroblastik pada penderita dengan bone marrow replacement. Pada
penderita tanpa kelainan hematologis sebelumnya, adanya normoblas dapat
menunjukkan adanya penyakit yang mengancam jiwa, seperti sepsis atau gagal
jantung berat.
§ Hipersegmentasi neutrofil
:Hipersegmentasi neutrofil merupakan abnormalitas yang ditandai dengan lebih
dari 5% neutrofil berlobus >5 dan/atau 1 atau lebih neutrofil berlobus
>6. Adanya hipersegmentasi neutrofi l dengan gambaran makrositik berhubungan
dengan gangguan sintesis DNA (defi siensi vitamin B12 dan asam folat).
§ Hitung retikulosit :
Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hitung retikulosit dapat berupa
persentasi dari sel darah merah, hitung retikulosit absolut, hitung retikulosit
absolut terkoreksi, atau reticulocyte production index. Produksi sel darah
merah efektif merupakan proses dinamik.
§ Jumlah leukosit dan hitung
jenis adanya leukopenia pada penderita anemia dapat disebabkan supresi atau
infiltrasi sumsum tulang, hipersplenisme atau defisiensi B12 atau asam
folat.Adanya leukositosis dapat menunjukkan adanya infeksi, infl amasi atau
keganasan hematologi. Adanya kelainan tertentu pada hitung jenis dapat
memberikan petunjuk ke arah penyakit tertentu :
Ø Peningkatan hitung
neutrofil absolut pada infeksi
Ø Peningkatan hitung monosit
absolut pada mielodisplasia
Ø Peningkatan eosinofi l
absolut pada infeksi tertentu
Ø Penurunan nilai neutrofi l
absolut setelah kemoterapi
Ø Penurunan nilai limfosit
absolut pada infeksi HIV atau pemberian kortikosteroid
§ Jumlah trombosit
Abnormalitas
jumlah trombosit memberikan informasi penting untuk diagnostik. Trombositopenia
didapatkan pada beberapa keadaan yang berhubungan dengan anemia, misalnya
hipersplenisme, keterlibatan keganasan pada sumsum tulang, destruksi trombosit
autoimun (idiopatik atau karena obat), sepsis, defisiensi folat atau B12.
Peningkatan jumlah trombosit dapat ditemukan pada penyakit mieloproliferatif,
defIsiensi Fe, inflamasi, infeksi atau keganasan. Perubahan morfologi trombosit
(trombosit raksasa, trombosit degranulasi) dapat ditemukan pada penyakit
mieloproliferatif atau mielodisplasia.
Pansitopenia
merupakan kombinasi anemia, trombositopenia dan netropenia. Pansitopenia berat
dapat ditemukan pada anemia aplastik, defisiensi folat, vitamin B12, atau
keganasan hematologis (leukemia akut). Pansitopenia ringan dapat ditemukan pada
penderita dengan splenomegali dan splenic trapping sel-sel hematologis.
Untuk
membedakan anemia defisiensi Fe dengan anemia inflamasi dapat dilihat pada
bagan.Indikasi pemeriksaan sumsum tulang pada penderita anemia :
a.
Abnormalitas hitung sel darah dan/atau morfologi darah tepi.
§ Sitopenia dengan penyebab
tidak diketahui.
§ Leukositosis dengan
penyebab tidak diketahui atau disertai leukosit abnormal.
§ Sel teardrops atau
leukoeritroblastosis
§ Rouleaux.
§ Tidak ada atau rendahnya
respons retikulosit terhadap anemia
b.
Evaluasi penyakit sistemik
§ Splenomegali, hepatomegali,
limfadenopati yang tidak diketahui penyebabnya
§ Staging tumor: limfoma,
tumor solid
§ Pemantauan efek kemoterapi
§ Fever of unknown origin
(dengan kultur sumsum tulang)
§ Evaluasi trabekular tulang
pada penyakit metabolik.
2.8 Pengobatan
1.
Transfusi darah
Pada pelaksanaan transfusi darah pada penderita anemia
aplastic harusnya mengetahui batasan tertntu untuk melaksanakannya seperti:
> kadar
Hemoglobin (Hb) <7 g/dl,
> platelet
<10.000/µL (atau <20.000/µL dengan gejala
demam)
Karena pada kondisi inilah yang dikatakan kondisi darurat
dan perlu untuk segera dilaksanakan tranfusi darah.
2.
Transplantasi Sumsum Tulang : Merupakan donor dari orang
lain. Lebih direkomendasikan untuk pemberian donor dari saudara. Untuk
meminimalkan ketidak cocokan antar Tulang tersebut. Lebih direkomendasikan
dilaksanakan pada usia kurang dari 40 tahun.
3.
Terapi imunosupresif dengan ATG diberikan untuk
menghentikan fungsi imunologis yang memperpanjang aplasia sehingga memungkinkan
sumsum tulang mengalami penyembuhan. ATG diberikan setiap hari melalui kateter
vena sentral selama tujuh sampai 10 hari. Pasien yang berespon terhadap terapi
biasanya akan sembuh dalam beberapa minggu sampai tiga bulan, tetapi respon
dapat lambat sampai enam bulan setelah penanganan.
4.
Pemberian antibiotik dan Anti-Fungal untuk neutrophil count <0Æ2·109/l untuk mencegah
komplikasi terjangkitnya penyakit baru terutama infeksi.
2.9 NCP (Nursing
Care Plan)
Diagnosa
Keperawatan : Keletihan b.d anemia ditandai dengan
kelelahan saat beraktivitas.
Tujuan :
1. Tindakan personal dalam mengelola energi untuk memulai dan
mempertahankan aktivitas.
|
|
OUTCOMES
(NOC)
1. Penghematan energi:
·
Keseimbangan
antara aktifitas dan istirahat ...
·
Mempertahankan
nutrisi yang adekuat ...
·
Mengadaptasi
gaya hidup untuk meningkatkan energi ...
·
Menggunakan
teknik penghematan energi ...
Skala pengukuran:
1= never demonstrated
2= rarely demonstrated
3= sometimes demonstrated
4= often demonstrated
5= konsisten demonstrated
|
INTERVENTIONS
(NIC)
1. Managemen Energi, aktivitas :
·
Kaji
status fisiologis pasien untuk defisit kelelahandalam konteks umur dan
perkembangan. ( O )
·
Monitor
asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat. ( O )
·
Dampingi
pasien dalam menetapkan prioritas dalam aktifitasnya untuk mengakomodasi
level energi. ( T )
·
Ajarkan
mengorganisasi aktifitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
( E )
·
Tentukan
intervensi untuk mengurangi kelelahan dengan mengkombiasikan secara
farmakologi dan non-farmakologi. (C)
|
Diagnosa
Keperawatan : Resiko Infeksi b.d neutropenia ditandai
dengan kadar neutrofil darah rendah ( 600/µL)
Tujuan :
1. Meminimalkan penyebaran dan penularan agen infeksius
2. Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien yang berisiko
3. Mengetahui tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait
|
|
OUTCOMES (
NOC )
1. Risk Control
·
Pasien
dapat mengungkapkan faktor risiko infeksi...
·
Pasien
dapat memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko infeksi...
·
Pasien
dapat memotivasi dirinya sendiri untuk mengurangi risiko infeksi..
·
Pasien
dapat memonitor perilaku personal dalam faktor risiko...
Skala pengukuran:
1= never demonstrated
2= rarely demonstrated
3= sometimes demonstrated
4= often demonstrated
5= konsisten demonstrated
2. Keparahan Infeksi
·
Letargi...
·
Penurunan
jumlah sel darah putih...
·
Pucat...
Skala pengukuran :
1= severe
2= substantial
3= moderate
4= mild
5= none
|
INTERVENTIONS
( NIC )
1. Pengendalian infeksi, aktivitas :
·
Cuci
tangan sebelum dan sesudah memberikan tindakan keperawatan kepada pasien
·
Instruksikan
kepada pasien tentang cara cuci tangan yang benar
·
Gunakan
sabun anti mikroba yang sesuai untuk cuci tangan
·
Ajarkan
pada pasien dan keluarga bagaimana cara menghindari infeksi
·
Ajarkan
pada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkan kepada tenaga kesehatan
·
Ajarkan
cuci tangan untuk pemeliharaan kesehatan personal
2. Perlindungan infeksi, aktivitas :
·
Monitor
tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
·
Monitor
kerentanan terhadap infeksi
·
Mempertahankan
teknik asepsis pada pasien yang berisiko
·
Inspeksi
kulit dan membran mukosa jika ada kemerahan, suhu yang ekstrem, atau
kekeringan
·
Mengurangi
intake buah segar, sayuran, dan lada pada pasien dengan netropenia
·
Mempromosikan
intake nutrisi yang cukup
·
Instruksikan
pasien untuk menggunakan antibiotik sesuai dengan resep
|
Diagnosa
Keperawatan : Ketidakefektifan pola napas b.d.
penurunan energi dan kelelahan
Tujuan :
1. Mengetahui pergerakan udara ke dalam dan ke luar paru
|
|
OUTCOMES (
NOC )
1. Status pernapasan: ventilasi
·
Laju
pernapasan ...
·
Irama
pernapasan ...
·
Volume
tidal ...
·
Kedalaman
inspirasi dan kemudahan respirasi ...
Skala pengukuran:
1= severe
2= substantial
3= moderate
4= mild
5= none
|
INTERVENTIONS
( NIC )
1. Membantu Ventilasi, aktivitas :
·
Monitor
pernapasan dan status oksigen untuk menentukan perubahan status
·
Perubahan
posisi sebagai upaya untuk mengurangi kebutuhan oksigen
·
Menganjurkan
bernapas dalam dan pelan
·
Monitor
kelelahan otot bantu pernapasan
·
Ajarkan
teknik pursed lip breathing
|
Komentar
Posting Komentar