hari ini adalah hari ke-empat praktik di Rumah sakit Marzuki Mahdi, Bogor. menurut sejarahnya, rumah sakit ini adalah rumah sakit jiwa pertama di Indonesia. Di tempat baru tentu membutuhkan penyesuaian lagi. apalagi menghadapi pasien-pasien dengan gangguan jiwa. Meskipun di kampus sudah diajarkan teknik-teknik menangani pasien jika sedang mengamuk, tindakan keperawatan yang harus diberikan, sampai cara komunikasi dan berinteraksi dengan mereka sudah ada aturannya. Semuanya bertujuan  kesembuhan pasien dan tidak mengesampingkan keselamatan kami sebagai tenaga medis.
pada pasien-pasien seperti itu, jangan terlalu berharap satu dua atau tiga hari  intervensi yang sudah kitaperawat berikan akan serta merta mmbawa perubahan. rasanya sulit. lebih-lebih kalau sakitnya sudah berulang.
sebuah pengalaman atas kejadian yang mengharukan hari ini. Ada pasien yang sudah berhari-hari sulit makan. kok ya makan, menggerakkan lidahnya buat ngunyah makanan saja sama sekali tidak. apalagi menelan? bukan tidak mau, melainkan karena gangguan pikiran yg dialaminya. dia merasa dirinya sudah tidak ada. semua cara komunikasi sudah dipraktikkan, tetap saja tidak ada perubahan. Nah, hari ini, sebuah pengalaman atas kejadian yang mengharukan hari ini. pasien yang sudah berhari-hari tidak menggerakkan lidahnya, kemudian mampu itu kepuasan tersendiri bagi saya. Benar-benar ada kepuasan tersendiri. apalagi sampai pasien menanyakan nama saya. saking terharunya mata berkaca-kaca. Betul apa kata pembimbing tempo hari. tidak usah mentargetkan yang muluk-muluk. buatlah target minimal, tapi tiap hari. seperti, kalau pasien tidak mau ngomong sama sekali menjadi mau menjawab salam kita. paisen yang sering mondar-mandir jadi tidak mondar-mandir, dst.
Orang dengan gangguan jiwa bukanlah aib, mereka sama dengan orang yang sakit DBD, HIV, Anemia, Stroke, Tipoid, dll. sama-sama ada ketidakseimbangan fungsi organ. kalau DBD yang terganggu darahnya, kalau HIV yang terganggu sistem imunnya, kalau anemia yang tergannggu komponen Hbnya, kalau stroke yang terganggu pembuluh darah otaknya, dan seterusnya. sedangkan orang sakit jiwa yang terganggu adalah neurotransmitter. yaitu zat kimia yang dikeluarkan dan disalurkan melaui sel saraf. Mereka sama-sama membutuhkan perawatan. mereka manusia. berbeda dengan kita. kita mampu mengendalikan emosi kita sehingga stressor yang ada tidak sampai mengganggu keseimbangan neurotransmiter dalam sel saraf kita. sedangkan mereka membutuhkan uluran tangan kita, untuk membantu mengenali dirinya, memenuhi kebutuhan dasar mereka, dan kembali pada kehidupannya semula.

Komentar