"Bernego dg waktu itu gampang2 susah"
Ditengah melakukan hal yg selalu membutuhkan banyak belajar, harus membagi waktu untuk hal lain yg jg butuh banyak belajar. Disamping itu, ada hal lain lagi yg ingin juga dipelajari. Itu semua butuh komitmen yg kuat.
Dr 24 jam waktu yg kita punya, 8 jam sudah dibocking untuk dinas. Sisanya untuk perjalanan, makan, sholat, laporan, dll. Rencana selalu dibuat, tp tdk jarang meleset.
Misalnya sore ini, sepulang dinas, rencananya review materi sekolah TOEFL, tp akhirny pending, krn dinas pagi tp pulang jam 17.00. Sampai kosan jam 18.15. Capek? Tentu. Istirahat sebentar, setelah isya' langsung keluar untuk ng-print lembar soal dan jawab TOEFL Prediction test 1. Ini baru prepare. Ngerjainnya? nanti dulu. Masih ada laporan yg ngantri buat dikerjakan dan dipelajari untuk responsi besok pagi.
Waktu 2 hari yg diberikan oleh mentor, hanya malam ini yg sedikit bisa dinego. Hari ini fullday in hospital. Besok pagi juga, sorenya harus meluncur ke jaktim. Malamnya sudah pasti sangat lelah. Butuh istirahat untuk dinas keesokan harinya. Habis sudah waktunya.
Menyita waktu tidur sudah spt 'basic need' sehari2. Begadang smpe larut malam pun sudah menjadi 'habit'. Bukankah itu kebiasaan buruk? Yeah, bagaimana lg? anggap saja ini adalah harga untuk membayar mimpi yg ingin diraih dibalik 'disadvantage condition' dan keterbatasan yg dimiliki.
Let's break the limits!!!

Komentar

Posting Komentar