Saat mata masih ingin sekali terpejam. Tubuh yang masih butuh untuk direbahkan. Lelah yang masih belum mau beranjak. Dan mimpi yang sayang sekali untuk dilewatkan. Namun, lebih sayang lagi jika melewatkan fajar hanya dengan melihat jam dinding dan kembali melanjutkan mimpi karena sang pemutar detik masih menunjukkan jam dua dini hari. Akhirnya, aku harus melipat selimut tebal yang selalu menghangatkan tubuh setiap malam. Menuruni anak tangga yang sepertinya sudah agak tua, karena lapisan luarnya sudah mulai terkikis. Sunyi. kadang ada alarm jam weker -mungkin sudah disetting sama pemiliknya- tapi saat berdering pemiliknya malah mengacuhkannya. Air wudlu membasahi wajah dini hari ini. Semilir angin begitu dingin.  

Komentar